Fredy Pratama, Sang Gembong Narkoba yang Memasok Pil Yaba Thailand ke Indonesia
Jakarta - Bareskrim Polri telah mengidentifikasi Fredy Pratama sebagai gembong narkoba pertama yang mengimpor pil yaba dari Thailand ke Indonesia. Brigadir Jenderal Mukti Juharsa, Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri, mengklasifikasikan pil yaba sebagai narkoba golongan satu.
Mukti Juharsa mengungkapkan bahwa Fredy Pratama memiliki keterkaitan yang kuat dengan kawasan Segitiga Emas atau Golden Triangle, yang dikenal sebagai koridor perdagangan narkoba global di Asia Tenggara. Ia mengatakan bahwa mertua Fredy Pratama adalah bos dari kartel narkoba di kawasan Segitiga Emas atau Golden Triangle. "Mertua Fredy adalah seorang warga negara Thailand yang juga merupakan bos dari kartel narkoba di kawasan tersebut," ujar Mukti.
Mukti Juharsa juga menegaskan bahwa jaringan narkoba yang dipimpin oleh Fredy Pratama mendapatkan pasokan dari kawasan Segitiga Emas atau Golden Triangle. Kawasan "Segitiga Emas" di Asia Tenggara merupakan pusat perdagangan narkoba dan merupakan sumber utama narkotika di dunia. Dalam laporan dari Departemen Kehakiman Amerika Serikat pada tanggal 14 September 2023, Segitiga Emas mencakup sebagian wilayah Burma, Cina, Laos, dan Thailand. Wilayah ini telah lama menjadi tempat ideal untuk penanaman opium, yang dimulai pada abad ke-16 dan ke-17.
Sejarahnya, daerah ini telah menjadi sentral perdagangan opium, terutama setelah Perang Dunia II. Permintaan besar akan heroin oleh pasukan Amerika Serikat selama Perang Vietnam berperan dalam mengubah ekonomi opium di Segitiga Emas menjadi industri besar yang menguntungkan. Perdagangan narkoba di wilayah ini saat ini mempengaruhi semua aspek politiknya. "Ia di-packaging di sana untuk dibawa ke Malaysia, lalu didistribusikan ke Indonesia," kata Mukti.
Komisaris Besar Jayadi, Wakil Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri, menjelaskan bahwa Fredy Pratama berperan sebagai perantara antara produsen narkotika asing dengan distributor di Indonesia. Jayadi menegaskan bahwa berdasarkan hasil investigasi, Fredy tidak memiliki pabrik narkoba sendiri, tetapi berperan sebagai perantara antara pemilik barang di luar negeri dengan jaringan di Indonesia. "Sumber barang yang pasti masih dalam tahap penyelidikan," kata Jayadi.
Mukti menyebut bahwa Fredy Pratama memiliki distributor khusus untuk wilayah Timur dan Barat Indonesia. Kedua pengendali ini bertugas untuk menerima narkotika dari Fredy dan mendistribusikannya di wilayah masing-masing. Ia menjelaskan bahwa peredaran narkoba untuk wilayah Timur dilakukan melalui Kalimantan, sementara untuk wilayah Barat dilakukan melalui jalur Sumatera.
Fredy bertugas untuk memasok dan mengendalikan aliran narkoba di Indonesia yang berasal dari Taiwan sejak tahun 2009. "Kalimantan-Sulawesi dikelola oleh Mr. W dengan keuangan dan sumber daya narkoba yang terpisah. Sedangkan untuk wilayah Barat, Sumatra-Jawa, dikelola oleh Mr. K," kata Mukti dalam wawancara pada Kamis, 14 September 2023.
Mukti juga menekankan bahwa proses penyaluran narkoba dilakukan oleh Fredy bersama para distributor melalui aplikasi komunikasi khusus seperti BBM Enterprise, Threema, dan Wire. Penggunaan aplikasi ini membuat penyelidikan petugas menjadi lebih sulit, dan menjadi tantangan tersendiri dalam membongkar sindikat Fredy di Indonesia. "Dia menggunakan Blackberry Messenger Enterprise yang sulit dilacak, sehingga kami mengumpulkan semua informasi mengenai modus operandi dari BBM dan melakukan analisis ulang," ujar Mukti.